Monday, July 12, 2010

MENGAPA KITA KESAL DAN MARAH JIKA ADA YANG MENGHINA KITA?

MENGAPA KITA KESAL DAN MARAH JIKA ADA YANG MENGHINA KITA?

Apa maksudnya ketika kita berkata kalau kita sakit hati? Atau seseorang telah menyinggung perasaan atau mempermalukan kita? Apa maksudnya ketika kita menyebutkan sesuatu yang tak termaafkan atau seseorang bertindak kurang ajar atau tidak hormat?

Yang kita katakan sebenarnya adalah perilaku orang lain membuat ita mengalami luka emosinal. Begitu kan? OKe, bagus! Yang jadi pertanyaanya sekarang, yaitu: Mengapa kita terluka gara-gara situasi ini? Mengapa kita peduli? Mengatakan kita sakit hati saja tidak cukup, bahkan ingin membalas perbuatan orang tersebut? Coba jawab Mengapa?

Mari kita pahami bersama pertanyaan-petanyaan mengapa ini.

Apakah kita merasa terganggu ketika seseorang pengemudi lain memotong jalan? Ataukah ketika seseorang menolak, mengabaikan atau mempermalukan kita? Atau mencuri, berbohong pada kita, atau menghianati kita? Tentu saja kita merasa sakit hati, tertipu, dan marah, tetapi pertanyaannya adalah Mengapa? Mengatakan bahwa kita dipermalukan dengan hina dan tidak hormat itu memang tepat, tetapi Mengapa itu mengganggu kita?

Mengapa kita sakit hati kalau tidak dihormati? Mengapa kita kesal jika ada orang yang menghina kita? Kita tidak berdarah kok, rugi pun tidak dan kita pun tidak terhalangi untuk tetap melanjutkan kehidupan kita. Meski demikian, hal itu penting dan kadang-kadang itu sangat penting. Jadi mari kita cari tahu mengapa kita peduli?

Jawabannya memang bervariatif, ada yang mengatakan “tergantung”, ada pula yang mengatakan “Harga diri mas” ada pula yang cuek aja tuh..

Agar bahagia, punya banyak teman, dan seimbang secara psikologis, seseorang harus merasa nyaman dengan dirinya sendiri. Itu bertarti kita harus mencintai diri kita sendiri. Dan, kecintaan diri inilah yang disebut penghargaan diri. (Narsis donk..?? Tapi tidak berlebihan gitu juga siy..!!)

Saat ini banyak orang bersikeras bahwa yang kita butuhkan untuk merasa nyama dengan diri kita sendiri adalah mendapatkan dosis penghargaan diri yang cukup, seolah-olah kita dapat memesannya dari daftar menu di McD’s atau KFC. Enak betul ya kalau bisa begitu. Tapi pengharggan diri tidak dapat diraih secara langsung, dan hanya dapat diperoleh memalui penghargaan diri. Mengapa? Jawbannya sederhana: “Karena jika kita tidak hormat terhadap diri sendiri, maka kita tidak bisa mencintai diri sendiri. Lalu mana ada yang mau mencintai kita?

Jika seseorang melakukan sesuatu pada kita yang dapat mengambil sebagian kendali atau kekuatan kita, kita marah. (Jika kita punya penghargaan diri yang rendah, maka kalimat ini benar). Berdasarkan definisi tersebut, kita merasa tidak memegang kendali, bahkan merasa dipermainkan dan diperbudak. Dan kita akan sangat murka dan mungkin akan mngutuk dengan berbagai sumpah serapah, bahkan bahasa kebun binatang jga akan kita keluarkan jika seseorang merampas beberapa tetes kemandirian dan kekuatan kita yang tersisa, perasaan bahwa kitalah yang memegang kendali.
(Jika Anda melihat hanya sekilas dalam paragraph ini, tolong baca kembali, karena ini adalah pondasi dari semua konflik inter-personal)

Kita tahu ini: Semakin tinggi penghargaan diri seseorang, maka akan semakin JARANG dia marah dalam setiap situasi negative yang dihadapinya.

KETIKA KITA TIDAK MENGHORMATI DIRI KITA, KITA TIDAK BISA MENCINTAI DIRI DENGAN TULUS, MAKA KITA MENCARICINTA DARI ORANG LAIN UNTUK MENGISI KEKOSONGAN ITU.

Cinta ini yang kita butuhkan dating dalam bungkus peghormatan. Jika orang lain hormat pada kita, maka kita merasa bahwa kita dapat menghormati diri kita, karena kita “merubah” rasa hormat mereka menjadi kecintaan diri. Penghargaan diri dan ego keduanya berputar pada poros penghormatan-diri. Kita membutuhkan ini dari satu tempat, dan jika kita tidak mendapatkannya dari diri kita sendiri, maka kita mencarinya dari orang lain. Dan inilah alasannya mengapa kita sering kali kecewa dan marah jika ada orang yang tidak menghargai dan menghina diri kita.
Semoga kita senantiasa menjaga dan memmupuk penghargaan diri kita dan kecintaan terhadap diri, karena itu adalah sumber penghormatan-diri. Memaafkan diri sendiri atas apa yang telah terjadi serta memperbaiki apa yang kita lakukan saat ini dan juga apa yang akan kita lakukan nanti adalah langkah utamanya.

PARADOKS RASA HORMAT

Agar dihormati, orang-orang dengan penghargaan-diri yang rendah akan melakukan tindakan-tindakan yang justru membuat orang lain kehilangan rasa hormat pada mereka. Mereka menyombongkan diri sendiri dan pongah. Mereka cepat berprasangka buruk, bergosip, mengkritik, dan mempermalukan orang lain. Padalhal, tidak ada orang yang menghormati kita jika kita suka mengecewakan orang lain dan terus menerus meminta persetujuan dari orang-orang disekeliling kita. Orang lain tidak hanya akan merendahkannya, tetapi dia pun akhirnya akan semakin tidak nyaman dengan dirinya sendiri. Ingat, karena kita mendapatkan penghormatan-diri dengan melalukan apa yang kita tahu benar, dank arena jauh didalam hati kita, kita tahu bahwa menggosip dan mudah berprasangka adalah salah, ini membuat kita sekamin tidak menyukai diri kita sendiri.

AKU HARUS MELIHAT BAGAIMANA RUPANYA

Ngomong-ngomong, inilah sebabnya mengapa ketika seseorang menyalip kita dijalan, kita ingin melihat bagaimana rupanya. Tindakan seperti itu sering mengundang berbagai penafsiran, namun jjika dia “terlihat” seperti seseorang yang melakukan itu dengan sengaja karena dia tidak menghargai kita, kita menjadi semakin marah. Kita menganggap dia memiliki tujuan tertentu dan bukan tidak disengaja. Jika pengemudinya adalah wanita tua bertubuh kecil, kita tidak akan terlalu marah, karena kita menganggap bahwa dia tidak melihat kita sehingga kita tidak menganggapnya sebagai persoalan pribadi. Selain itu, kita ingin melihat orang itu untuk menegaskan stereotip kita akan siapa orang yang mengemudi seperti itu, karena ini akan menguatkan perasaan kendali kita – kemampuan kita untuk “mengetahui” berbagai hal dan menjadi pihak yang benar.

Dengan penghargaan-diri yang rendah, kita akan berpikir, “orang itu sepertinya sengaja dan betul-betul tidak menghargaiku” walaupun sering pada otak bawah sadar.

Semakin kita menerima diri kita apa adanya, akan semakin mudah kita menerima keadaan dan kelemahan orang lain. Jika kita tidak menghormati diri kita sendiri, maka kita tidak akan bisa menghormati orang lain dan akhirnya orang lain pun akan kehilangan rasa hormatnya terhadap kita.

No comments:

Post a Comment